Tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia tahun 2021 adalah 59,52 sementara target pada tahun 2024 mencapai 71,3 (tinggi). Sedangkan Indeks Pembangunan Literasi masyarakat adalah 12,95 sementara target tahun 2024 adalah 15.0. Hal ini Disampaikan oleh Drs. Deni Kurniadi, M.Hum., Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpusnas RI dalam acara Pembukaan Pembekalan Master Trainer Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Tahun 2022 yang diselenggarakan di Hotel Mercure Sabang pada tanggal 14 – 1 Maret 2022 yang diikuti oleh 34 MT terpilih dari seluruh Indonesia. Salah satunya adalah Agung Wibawa, Pustakawan Ahli Madya dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul yang sudah menjadi MT sejak tahun 2018.

Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk mewujudkan kedua hal tersebut maka peran perpustakaan khususnya perpustakaan umum harus diperkuat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang unggul melalui peningkatan literasi untuk mewujudkan Indonesia maju. Perpusnas RI sebagaimana amanat Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dan juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagai tindak lanjut dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, dimana perpustakaan ditetapkan sebagai urusan wajib non pelayanan dasar untuk menyediakan layanan yang sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta kebutuhan masyarakat. Untuk itu sejak tahun 2018 Perpusnas RI menyelenggarakan kegiatan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang mana merupakan bagian dari Program Prioritas Nasional 2020 – 2024.

Untuk mendukung keberhasilan kegiatan TPBIS tersebut, Perpusnas RI menyelenggarakan pembekalan Master Trainer Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial dengan tujuan membangun kapasitas master trainer dalam program TPBIS, memahami tujuan, materi, dan sesi dalam Bimbingan Teknis Strategi Pengembangan Perpustakaan dan Teknologi Informasi dan komunikasi, serta memahami mekanisme pelaksanaan kegiatan Bimtek SPP-TIK.

Pemateri selanjutnya, Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan, Dr. Joko Santoso, M.Hum. menyampaikan bagaimana membangun literasi masyarakat melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Dikatakan bahwa literasi masyarakat Indonesia harus diperkuat diantaranya untuk meningkatkan pola hidup sehat, mempromosikan lifelong learning dan membangun ketrampilan, meningkatkan ekonomi dan mencipatakan pekerjaan, mempromosikan kesetaraan gender, membangun toleransi, membangun harga diri dan kualitas hidup serta mempromosikan demokrasi. Lebih lanjut Joko menyampaikan bahwa dalam penguatan literasi ini ada berbagai masalah yang dihadapi, yaitu tidak adanya konektivitas dan akses terhadap pengetahuan yang dibutuhkan karena faktor geografis dan infrastruktur, tidak tersedianya sumber dan bahan pengetahuan berkualitas yang dibutuhkan, dan ketidakmampuan seseorang dalam mendapatkan pengetahuan yang berguna bagi dirinya akibat hambatan fisiologis, psikologis, dan kontekstual. Data menunjukkan bahwa dari 164.610 perpustakaan di Indonesia hanya 10.794 atau 6,56% yang sesuai Standar Nasional Perpustakaan (SNP). Selain itu dari 83.381 desa/kelurahan hanya 33.929 yang memiliki perpustakaan (40,65) dan dari 7.244 kecamatan hanya 1.685 yang memiliki perpustakaan atau 23, 26%. Sementara itu sebaran perpustakaan tidak merata, sebanyak 47,89% berada di Pulau Jawa. Sementara itu rasio ketercukupan buku masih rendah dimana 1 buku ditunggu oleh 19 orang atau 1:19 padahal menurut IFLA/UNESCO jumlah koleksi dianggap mencukupi apabila setiap 1 orang penduduk membaca minimal 2 koleksi. Jumlah buku secara nasional 28.512. 996, masih kekurangan 511.894.38 buah. Data lain menyebutkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia pada bulan Agustus 2021 menurut BPS sebesar 9,10 juta penduduk. Akses pendidikan pada kaum disabiltas juga masih rendah. Terdapat 30,7% penyandang disabilitas yang tidak tamat pendidikan menengah, tamat perguruan tinggi hanya 17,6% dan lapangan pekerjaan bagi disabilitas tidak pernah tumbuh lebih dari 49% dari tahun 2016 – 2019. Dari tingkat pendidikan, masih sedikit manusia Indonesia yang berpendidikan tinggi yaitu hanya 8,8% dan mayoritas penduduk adalah berpendidikan SMP/sederajat (64,9%).

Oleh karena itu, literasi di Indonesia perlu ditingkatkan karena dengan literasi yang tinggi maka masyarakat akan dapat memecahkan permasalahan hidup pada tingkat keahlian dengan baik dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Perpustakaan umum sebagai penggerak literasi di masyarakat memiliki kemampuan untuk itu dengan mewujudkan literasi sebagai gerakan sosial nasional dengan pendekatan inklusi sosial untuk kesejahteraan. Inklusi sosial adalah pendekatan kemanusiaan yang memandang perpustakaan sebagai sub sistem sosial di masyarakat sehingga perpustakaan dirancang untuk memiliki nilai kebermanfaatan yang tinggi dalam masyarakat. Diharapkan perpustakaan menjadi wadah bagi masyarakat menemukan solusi dalam meningkatkan mutu hidupnya.

Kegiatan dilanjutkan dengan pembekalan dari Tim Leader Konsultan Program TPBIS yang dipimpin oleh dr. Erlyn Sulistyaningsih yang menyampaikan berbagai materi penguatan kapabilitas bagi Master Trainer. Pada sesi pertama disampaikan gambaran Bimbingan Teknis SPP-TIK dimana program ini dimulai sejak bulan Januari 2022 dengan menseleksi mitra program dari 136 kabupaten/kota dan 96 desa/kelurahan. Selain itu dilakukan pengembangan SIM (Sistem Informasi Manajemen) Perpustakaan dan publikasi program. Selanjutnya pada bulan Februari dipilih mitra tahun 2022, bulan Maret sosialisasi program, pembekalan Master Trainer, dan Bimtek SPP-TIK Batch 1. Kegiatan bimtek tahun ini menyasar pada 34 provinsi yang terbagi dalam 5 batch. Setiap lokasi bimtek difasilitasi oleh dua orang MT. Bulan April dilakukan bimtek SPP-TIK batch 2 dan 3, bulan Mei bimtek batch 4 dan 5 serta Juni pembekalan Fasilitator Daerah dan pembuatan dokumentasi dampak.  Pada bulan Juli diadakan Peer Learning Meeting Nasional dilanjutkan Stake Holder Meeting Nasional pada bulan Agustus. Pada bulan Oktober- November diadakan PLM dan SHM provinsi. Selain itu pada sesi ini disampaikan bagaimana membangun kapasitas dalam program, tujuan bimtek SPP-TIK, materi dan sesi-sesi, pelaksanaan, jadwal, pembagian tim, dan membangun teamwork.

Sesi selanjutnya disampaikan tentang kemampuan memfasilitasi tingkat lanjut yaitu teknik asking, probing, dan listening. Selain itu disampaikan berbagai variasi metode dalam fasilitasi kegiatan dan pentingnya alat bantu belajar yang menarik. Sesi berikutnya disampaikan tentang mentoring untuk keberlanjutan program, bedah setiap sesi, rencana tindak lanjut, penguatan komitmen, dan diakhiri dengan penutupan. (AGU)