
Gedung fasilitas layanan perpustakaan umum Kabupaten Gunungkidul yang dibangun dengan Anggaran Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan dan Perpustakaan APBN Tahun 2021 dari Perpustakaan Nasional RI yang diberikan kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul yang telah diresmikan pada hari Selasa 25 Januari 2022. Bersamaan dengan peresmian gedung tersebut, dilaksanakan talkshow dengan tema TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN UNTUK MEWUJUDKAN EKOSISTEM DIGITAL NASIONAL. Sebagai narasumber dalam talkshow tersebut yaitu Bupati Gunungkidul H. Sunaryanta, Akademisi Prof. Yidi Latif, Ph.D., Bunda Literasi Kabupaten Gunungkidul Hj. Diah Purwanti Sunaryanta, dan Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando. Adapun sebagai moderator yang memandu jalannya talkshow adalah Dr. H. Muhsin Khalida, S.Ag., MA., M.Pd.
Narasumber pertama Bupati Gunungkidul H. Sunaryanta dalam presentasinya menyampaikan bahwa perkembangan literasi di Kabupaten Gunungkidul pada saat ini sudah bagus dibandingkan tahun-tahun yang lalu. Dengan adanya gedung perpustakaan yang baru, diharapkan akan semakin meningkatkan literasi di Kabupaten Gunungkidul tidak hanya di perkotaan tapi juga di kalangan bawah sampai ke tingkat kalurahan karena pada saat ini telah ada 148 perpustakaan desa di Kabupaten Gunungkidul. Kalau kita akan maju apalagi di saat dunia seperti sekarang ini tanpa ada batasnya, yang paling dikedepankan adalah literasi. Di negara-negara maju, berkembang maupun miskin melakukan literasi dengan cara-cara yang seperti ini agar di Kabupaten Gunungkidul segera dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Di era global seperti saat ini, kita tidak boleh menutup diri untuk mengembangkan literasi di Kabupaten Gunungkidul, kita harus siap menerima kemajuan-kemajuan di segala bidang. Selaku pemangku kebijakan di Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul Sunaryanta akan mendukung baik peraturan terkait dengan perpustakaan, dan tidak hanya sebatas tulisan di atas kertas saja Pemda Gunungkidul akan memberikan dukungan berupa anggaran untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang belum terpenuhi dari dana APBN dengan saling sharing antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dalam rangka peningkatan kualitas SDM di Kabupaten Gunungkidul. Selain itu akan dilakukan kolaborasi dengan berbagai pihak dan juga dengan perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Gunungkidul.
Sebagai narasumber kedua dalam talkshow Prof. Yudi Latif, Ph.D. juga menyampaikan mengapa literasi begitu penting. Ada peristiwa penting di Amerika Latin, yaitu Brazil yang kewalahan dalam menampung narapidana-narapidana di penjara. Muncullah satu gagasan model lateral mulai dieksperimenkan setiap narapidana diberi tugas untuk membaca buku dan membuat resensi sehingga mendapatkan remisi tahanan. Semakin banyak membaca, semakin banyak membuat resensi, semakin berkurang pula masa tahanannya. Dan setelah dua tahun dilakukan, ternyata hasilnya angka kriminalitas di Brazil menurun drastis dan produktivitas mereka naik setelah keluar dari penjara. Penjarapun bisa menjadi guru bagi kehidupan dengan memperkuat daya literasi. Literasi dikembangkan pada lingkungan pendidikan, yaitu rumah, masyarakat, dan sekolah. Untuk mengembangkan minat dan budaya baca di rumah kita masing-masing dengan menyediakan bahan bacaan yang disukai di rumah. Pada lingkungan sekolah, di tingkatan dasar diharapkan kurikulum yang tidak terlalu rumit, cukup bisa membaca, menulis, dan berhitung. Hal ini dapat memperkuat karakter siswa. Kemudian di lingkungan masyarakat, dapat mengisi komunitas-komunitas agama dengan membaca. Pada ajaran agama telah diajarkan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga iman seseorang itu tidak akan buta. Sering kali tingkat keimanan tidak diiringi dengan peningkatan pengetahuan. Literasi merupakan pelontar kemajuan peradaban. Medium baca bisa berubah sepanjang waktu, tapi minat dan budaya baca serta tulis tidak boleh berubah. Dengan perkembangan teknologi memungkinkan orang-orang di daerah tidak lagi tergantung pada pusat informasi yang terlalu jauh. Yudi yakin, orang-orang yang berada di penjara saja bisa melakukan perubahan, apalagi kita yang merdeka, tentu lebih banyak lagi yang bisa dilakukan untuk mengubah peradaban. Kewajiban membaca adalah perintah yang pertama sebelum perintah-perintah lainnya.
Narasumber ketiga Bunda Literasi Kabupaten Gunungkidul Hj. Diah Purwanti Sunaryanta menyampaikan paparannya bahwa sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten, mengajak seluruh Ibu-ibu untuk meningkatkan literasi melalui 10 Program PKK. Sebagai Bunda Literasi mempunyai program yaitu Gerakan satu jam tanpa gadged.  Gerakan tersebut dapat dibudayakan di keluarga masing-masing, dalam waktu minimal satu jam bisa dimanfaatkan untuk membaca, berkomunikasi antara anggota keluarga, sehingga akan tercipta keharmonisan pada keluarga. Dengan tanpa gadget ini, diharapkan kualitas pertemuan dengan keluarga lebih baik. Selain itu, sebagai Bunda Literasi juga mempunyai program setiap keluarga mempunyai pojok baca dengan rak kecil yang berisi buku-buku bacaan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh anggota keluarga dalam rangka peningkatan literasi dari tingkatan masyarakat yang paling bawah. Harapannya, bersama para ibu saling mendukung upaya-upaya peningkatan literasi.
Sebagai narasumber terakhir Kepala Perpustakaan Nasional RI menyampaikan bahwa perintah Presiden RI perpustakaan harus membuka akses yang lebih luas untuk mempercepat terwujudnya manusia yang unggul. Di dalam masyarakat awam literasi hanya sebatas mengenal huruf, kata, kalimat, sehingga hampir seluruh output pendidikan kita adalah parameternya memiliki kemampuan membaca. Dalam dua tahun terakhir merumuskan formula, yaitu literasiuntukkesejahteraan. Ada lima tingkatan literasi yaitu: menanamkan keterampilan membaca, menulis dan berhitung di tingkatan dasar; akses bacaan terjangkau yang akurat, terkini, terlengkap, dan terpercaya dari minimum 10 mesin pencari ilmu pengetahuan terbaru; memahami apa makna tersurat dan tersirat; memiliki mental yang kuat, karakter yang tangguh, inovasi, kreatifitas sebagai antisipasi terhadap perkembangan teknologi informasi dan perubahan yang sangat cepat; memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diimplementasikan untuk menciptakan barang/jasa yang dapat digunakan dalam kompetensi global (jadi produsen, bukan konsumen saja).
Syarif Bando menghimbau untuk menanamkan mentalitas sopir, bukan mentalitas penumpang kepada seluruh warga untuk menuju Gunungkidul yang maju. Seluruh warga Gunungkidul dapat menjadi pelaku ekonomi yang handal dan menjadi problem solving bagi kehidupan mereka sendiri. Akhir dari percaturan global, adalah menentukan pemenang “siapa sebagai produsen vs konsumen”. Revolusi ekonomi 4.0 itu memaksa kita untuk berubah dengan cepat agar tidak ketinggalan.
Sebagai closing statement dari para narasumber Prof. Yudi Latif, Ph.D. menyampaikan bahwa Sering kali pelopor berkembang di daerah Gunungkidul bisa mengispirasi, Gerakan literasi bisa berkembang di daerah lain. Sementara itu Bunda Literasi mengatakan bahwa mulai sekarang kita bisa mengajak keluarga untuk membaca dan berliterasi, oleh karena dari itu akan terlahir generasi yang melek informasi. Sedangkan Bupati Gunungkidul memberikan pernyataan bahwa Perubahan selalu diawali dengan ketidaksempurnaan/ketidakpuasan. Dengan ketidakpuasan pasti akan ada perubahan. Landasan perubahan yang baik adalah literasi. Terakhir Kepala Perpustakaan Nasional RI menyampaikan kalau negara-negara di Jepang, Eropa yang hanya batu cadas dan salju bisa maju dengan ilmu pengetahuan, di Kabupaten Gunungkidul bersama Bupati dan Bunda Literasi dan seluruh masyarakat akan semakin sejahtera dengan tingkat pengetahuan yang tinggi dengan sumber daya alam yang melimpah. Sebagai penutup Moderator menyampaikan closing statement bahwa Buku adalah sahabat, membaca adalah aktifitas hebat, menulis adalah ekspresi terdahsyat. (iin)