Babad Dipanegara ini ditulis sendiri oleh Pangeran Dipanegara atau Kanjeng Sultan Abdul Hamid saat diasingkan di Menado, Sulawesi Utara. Naskah aslinya berbentuk tembang, puisi berbahasa Jawa. Penulisan naskah ini tidak semata untuk menghibur diri selama di pengasingan, namun secara cerdik, sesungguhnya merupakan rangkuman pengetahuan serta kepekaannya akan kondisi lokal kerajaan di Jawa saat itu yang terlalu banyak mendapat campur tangan Belanda.
Babad Dipanegara berisi cerita tentang Kerajaan Majapahit dan kejayaanya pada masa Raja Brawijaya ke-4 (Hayam Wuruk)_, hingga keturunannya, yang menjadikan cikal bakal tumbuhnya kerajaan islam di Jawa Tengah. Naskah ini mendapat pengakuan dunia, melalui UNESCO pada tahun 2013 sebagai Memory of the World (MoW).