Keragaman sumberdaya alam di kawasan Gunung Sewu, yang wilayahnya mencangkup 3 kabupaten (Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan) dan sekaligus 3 provinsi (DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur) sudah lama dikenal oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan dari dalam dan luar negeri. Junghuhn, salah satunya, terpesona dengan bentangan ribuan bukit batu gamping, pantai, monyet ekor panjang dan masyarakatnya yang ulet dan tekun bekerja dalam kebersahajaan ekonomi. Dua lukisannya tentang Gunung Sewu dibukukan pada tahun 1856.
Kawasan Gunung Sewu juga menjadi daerah penelitian berbagai aspek ilmu pengetahuan (geologi, air tanah, biologi, arkeologi, sejarah alam, budaya dan sebagainya), meskipun kondisi fisiknya sepertinya tidak menjanjikan apa-apa. Batu bertanah menghampar di mana-mana, dengan lingkungannya yang relatif kering dan gersang selama musim kemarau panjang. Tidaklah terlalu salah, jika kawasan Gunung Sewu disebut daerah yang "cedak watu, adoh ratu" (dekat dengan batu, jauh dari raja). Tetapi itu adalah sejarah. Gunung Sewu sekarang berbeda dengan keadaan seabad lalu.
Niat Pemerintah Daerah Kabupaen dan Provinsi meningkatkan status Geopark Nasional menjadi Geopark Global UNESCO, dengan mendaftarkannya ke Jaringan Geopark Global pada tahun 2014 tidak pernah surut. Berdasarkan rekomendasi Tim Penilai UNESCO, Geopark Gunung Sewu salah satunya harus menambahkan kualitas dan kuantitas bahan sosialisasi kepada masyarakat umum dan pengunjung.