Landreform pernah menjadi program
paling mendasar yang diambil pemerintah Indonesia pasca kemerdekaan untuk
membangun modal dan kekuatan ekonomi yang dimiliki didalam negeri sendiri.
Namun program besar ini terbukti macet dan akhirnya patah ditengah jalan,
kendati prinsip-prinsip landreform “nonkomunistik” dan “anti kapitalistik”
sebagaimana digariskan pemerintahan presiden Soekarno telah menunjukkan mosaik
pemikiran politik agraria nasional yang mengakomodasi ideologi-ideologi politik
yang ada di Indonesia. Buku ini menunjukkan bahwa kemacetan tersebut bersumber pada
pertarungan aktor-aktor politik ditingkat lokal. Negara terbukti terlalu lemah
dalam menghadapi bentuk-bentuk pertarungan politik lokal yang membawa
kepentingan masing-masing kelompok.