Ini kisah perjuanganku menuju Ka'bah, rumah Allah yang suci di kota Mekah. Mungkin bagi sebagian orang, kisahku ini termasuk ironi, tetapi aku masih punya akal dan hati untuk menakar batas, sebuah kesalahan dan kebenaran. Maka aku membulatkan tekad, menebalkan muka, menguatkan hati, membesarkan jiwa untuk berutang demi membayar uang pangkal pendaftaran ke tanah suci.
Jika tidak nekat seperti itu, manalah mungkin aku yang lahir dan besar dalam keluarga miskin di negara Indonesia mampu membiayai perjalanan ke Mekah. Sebab rumah Allah begitu jauh dan biayanya sangat mahal bagiku, jangankan untuk ke tanah suci, untuk makan sehari-hari saja susah payah aku bekerja, bagaimana aku mampu menuju rumah Allah di Mekah sementara aku dan ayah ibuku masih menumpang di rumah nenek
Demi mencapai Ka'bah pontang-panting aku bekerja! berpanas, berhujan